Jerman . Ya Jerman , akhirnya saya bisa menjajakan kaki di Eropa juga . Alhamdulillah , ini jawaban dari doa beberapa tahun lalu. Sewaktu saya SMA , saya sangat ingin kuliah di Prancis . Setelah berbincang dan berdebat dengan ayah saya, ayah tidak mengijinkan , bukan karena ayah tidak mau. Tapi lebih dikarenakan keadaan ekonomi. Saya yang pada saat itu sangat termotivasi meledak-ledak ingin kuliah di Eropa, di Paris tepatnya terpaksa sedikit kecewa karena Ayah tidak mengabulkan apa yang saya inginkan. Bukan karena ayah tidak mau mengabulkannya , namun karena keadaan ekonomi keluarga, dimana Ayah sudah tidak bekerja lagi karena faktor usia. Selama ini kakak - kakak saya lah yang membantu saya . Mungkin sikap saya saat itu sudah keterlaluan meminta hal yang berlebihan dikarenakan ego anak muda, tapi alhamdulillah Ayah menasehati saya perlahan - lahan dan akhirnya saya mengerti.
Ayah mengajari saya tentang keyakinan . Bukan ilmuwan , bukan guru atau bukan profesor yang mengajari saya tentang keyakinan pertama kali, tetapi Ayah . Ayah mengajari saya secara tidak langsung hal tersebut , jika kita yakin, berusaha dan berdoa , insya Allah kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan . Dan alhamdulillah, selama ini saya mendapatkan apa yang saya inginkan , hanya masalah waktu saja .Awalnya saya sering berdebat tentang ayah , ayah orang yang keras dan disiplin pada anaknya , begitu juga dengan saya yang punya jiwa berontak, layaknya anak muda lainnya. Saat saya berdebat dengan ayah, sosok Ibu saya lah yang membuat saya dan ayah tenang .
Ibu selalu membela saya apapun yang terjadi. Pernah tentang hal ini , saat ibu membela saya , ayah jadi bentak-bentak ibu. Begitu sayangnya Ibu terhadap saya. Tapi semua itu adalah cara Ayah dan Ibu mengajarkan saya tentang keyakinan dan cara menghadapi suatu masalah. Berbekal keyakinan dalam hati , "saya harus bisa ke Eropa bagaimanapun caranya" , berdoa dan berusaha , saya tetap percaya saya akan bisa menginjakkan kaki di Eropa.
Selama itu pula , semenjak lulus SMA saya melanjutkan pendidikan di program D3 Akuntansi PAAP FE UNPAD.Sebenarnya banyak pilihan universitas , saya sudah diterima di Trisakti , Unikom , PNJ, Pancasila dan lainnya , namun entah mengapa saya lebih tertarik di UNPAD walaupun hanya D3. Saat kuliah disinilah saya mencoba beasiswa di kampus untuk ke luar negeri , akan tetapi hanya untuk lulusan S1.Kecewa ? tentu saja iya , mengapa D3 seperti di anak tirikan pikir saya. Tapi saya tidak pernah ingin menyerah. Saya kemudian mencari cara lain , coba buka internet dan saya tertarik dengan adanya program Au Pair.
Kemudian saya mencari tahu tentang program tersebut dan mempelajarinya . Secara tidak sengaja ketika sedang browsing Facebook , saya mengobrol dengan teman saya Febry , dan ternyata dia juga seorang Au Pair. Setelah mendapatkan informasi tentang Au Pair dan apa pekerjaan yang harus dilakukan , kami sepakat bahwa saya akan menggantikan dia setelah kontrak dia berakhir . Febry mengatakan , supaya saya kontak agen dia, dan bicara mengenai program ini . Setelah saya menghubungi agen Febry , kami sepakat dan saya harus membayar sekian rupiah. Setelah sepakat , saya di haruskan seminggu sekali minimal ke Bekasi untuk kursus bahasa, pengenalan kultur dan sebagainya. Tugas saya sebagai Au Pair hanya antar jemput anak ke Kindergarten, membereskan kamar tidur anak dan bermain 2-3 jam di sore hari. Sangat mudah dan ringan bila dibandingkan dengan apa yang saya dapatkan, yaitu pengalaman .
Disini sedikit timbul masalah , darimana saya bisa mendapatkan uang untuk bisa bolak balik Bandung- Bekasi , darimana saya bisa mendapatkan biaya untuk les bahasa di Bandung ? Uang, itu masalahnya . Ayah cuma pensiunan , kakak kakak saya memberikan uang untuk membayar jasa agen , apa yang harus saya lakukan ? Putus asa ? Tidak , saya harus tetap yakin , saya tetap ingat kata - kata Ayah, jika kita yakin , berdoa dan berusaha semua pasti ada jalannya.Setelah beberapa hari berfikir sambil dikejar deadline pendaftaran les dan lainnya, tiba - tiba ada ide muncul .
Saya saat itu sedang menjalankan bisnis travel sampingan, saya juga jual sepatu untuk anak kuliah. Tapi semua ini belum cukup , terbesit di otak saya menjual laptop kesayangan saya . Setelah dipikir.pikir , tiba - tiba teringat pelajaran ekonomi tentang biaya pengorbanan atau peluang ( opportunity cost ) . Laptop bisa dibeli lagi suatu saat , tapi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dan mimpi tidak akan datang dua kali. Pada saat itu juga saya menjual laptop saya , bahkan HP saya juga. Setelah itu uang saya dapat , saya putar untuk jual sepatu dan gunakan untuk membayar les , serta ongkos pulang pergi Bandung-Bekasi-Bandung -Sukabumi.
Sambil menunggu saya selesai kuliah dan kontrak kerja Febry selesai , saya mengambil kursus di Goethe Institut Bandung. Saya mengambil kursus di dua tempat , pertama di Bekasi dan kedua di Goethe Bandung. Selama itu saya menghadapi dilema antara bisakah saya selesai kuliah pada bulan Agustus agar bisa pergi ke Jerman bulan September dengan tenang ? Bisakah saya mengikuti kursus bahasa ini hanya dalam waktu 3 bulan ? Bisakah saya bolak balik Bandung Bekasi setiap minggu? Bisakah saya menyelesaiakn Tugas Akhir saya dan di wisuda bulan Agustus ? Bisakah saya tetap menjalankan bisnis jual sepatu dan travel ?Kalau dipikir-pikir itu menguras tenaga dan tidak mungkin bisa saya lakukan , tapi alhamdulillah , Allah memberikan jalan , semuanya dipermudah olehNya. Alhamdulillah. Sejak saat itu saya semakin percaya tentang rumus : kemauan+usaha+doa+pasrah.
2. Setiap latihan yang saya lakukan di pusat kebugaran, setiap latihan yang saya lakukan pada chinups atau squat 500 pon, saya tidak pernah berkata pada diri saya, 'Oh Tuhan, latihan lagi.' Tapi saya akan berkata, 'Yes! latihan lagi, latihan lagi, 'karena hal itu akan membuat mimpi saya berubah menjadi kenyataan. Arnold Schwarzenegger
3. "Saya sudah lebih dari 9000 kali gagal melakukan tembakan. Saya sudah hamper 300 kali kalah dalam pertandingan. Setidaknya, 26 kali saya dipercaya untuk menjadi algojo penentu kemenangan dan saya gagal. Saya gagal terus dan terus dalam hidup saya. Dan, justru karena itulah saya sukses," Michael Jordan
4. Satu-satunya kekuatan mekanis yang lebih bertenaga ketimbang Energi Uap, Listrik dan Atom adalah KEMAUAN. Albert Einstein